Di balik gemerlapnya industri furnitur Jepara yang dikenal dunia, tersembunyi cerita lain—kisah potongan kayu jati yang tersisih, terlupakan di sudut-sudut bengkel kerja. Limbah kayu jati, yang sering kali dianggap sisa tak bernilai, justru menyimpan potensi artistik luar biasa. Sebagai kurator seni kriya, saya melihatnya bukan sebagai limbah, tapi sebagai warisan yang menunggu untuk diberi kehidupan kedua.
Mengolahnya kembali bukan sekadar praktik berkelanjutan, tetapi juga bentuk penghormatan terhadap material. Para perajin Shaf Jepara dengan tangan terampil menyulap potongan-potongan ini menjadi karya.